Thursday, October 9, 2014

Telepon Interlokal

Kalau kemarin saya udah cerita tentang telepon umum koin, sekarang mau cerita tentang telepon yang biasa saya pakai buat interlokal.

Sampai kuliah saya lumayan sering telepon interlokal. Pertama saya emang punya teman di beberapa kota karena suka pindah-pindah. Dan yang kedua sejak SMA saya LDR-an sama ortu.

Telepon rumah biasanya hanya saya pakai untuk menelepon keluarga, itupun ngga lama-lama, yaa dulu kan tarif telepon mahal bo! Saya sampai hapal jam-jam di mana bisa telepon dengan tarif yang lumayan murah.

Kayak misalnya kalo di atas jam dua belas malam sebelum jam enam pagi itu tarifnya 25%, kalo jam dua belas siang (sampe jam berapa ya lupa) itu 125%. Kalo di tanggal merah di atas jam enam pagi 50%. Dasar emang otak kalkulator yee hihihi.

Waktu SMP saya beberapa kali beli kartu telepon. Di depan koperasi perumahan kebetulan tersedia telepon kartu. Saya biasa menelepon teman-teman SD saya di Bandung menggunakan telepon kartu tersebut. Dengan menggunakan telepon kartu kita bisa memperhitungkan kemampuan membayar dengan lamanya meneleon. Beda kan kalau telepon rumah, asik-asik ngobrol awal bulan pingsan terima tagiihan hahaha.

telepon umum kartu, sumber

Tapi bersyukurnya tak lama kemudian, Papa saya mendapat fasilitas dari kantor berupa free bayar tagihan telepon sampai limit tertentu. Kemudian saya menelepon orang-orang dengan membabi buta hahaha. Kalo lagi kurang kerjaan saya suka telepon 109 buat ngecek tagihan telepon. Tagihan telepon sendiri? Iyap.. dan... tagihan teleon teman-teman juga huahaha, namanya juga kurang kerjaan, dan ga bayar tagihan bulanan hihihi.

Pas kuliah, yang sering saya sambangi adalah WARTEL. Kebeulan banget, persis di depan kosan ada wartel. Selain suka nelpon, kami anak-anak kos juga suka beli mie dan telur di wartel itu. Dasar aji mumpung ya tu wartel hihihi.

wartel, sumber gambar

Sekarang udah jarang ada wartel ya. Tapi tantenya si Ayah, di Kudus masih punya usaha wartel lho. Cuma ya itu kadang buka kadang juga ngga. Yang mau nostalgia sama wartel bisa ke tempat tante di Kudus hehehe.

6 comments:

  1. Telepon lokal dan telepon interlokal andalan saya adalah wartel. Dulu wartel itu langsung booming, bisnis yang (katanya) sangat menjanjikan seperti halnya gerobak di depan alfamart & indomart. Tapi ketika masuk HP ke masyarakat, wartel mendadak mati suri.

    ReplyDelete
  2. dulu tahun 95-an pas ortu pulang dari mekkah hampir pingsan, soalnya tagihan telepon sampai 2 juta ajah... soalnya dikit-dikit nelepon, dikit-dikit nelepon... maklum, baru pertama kali ditinggal ortu dan lama... :)))

    ReplyDelete
  3. hahaha, kalo aku ga pernah make telepon :D
    beda zaman :d
    salam kenal,, mampir diblog ane ya mbak , , :)

    ReplyDelete
  4. hihi...jadi ingat kenangan jadoel...

    ReplyDelete
  5. hihihihih....mendengar telepon interlokal...memang menguak masa lalu. Saya juga termasuk org yg sering masuk wartel, hanya tuk berinterlokalan sama teman atau sodara. hihihi... jadi terbayang-bayang deh masa itu...masa sebelum menjamurnya handphone, masa -mas yang masih aktif berkirim surat lewat kantor pos... ah....

    ReplyDelete
  6. Hihihi meskipun ada telepon rumah, kalau mau nggosip tetep larinya ke wartel soalnya bebas dari perkupingan :p

    ReplyDelete